Orang-orang mulai mengeluh, kenapa hari ini terasa lebih panas dari hari biasanya. Matahari memang lebih dekat dan semakin lama semakin mendekat. Yang dulu butuh panas sehari penuh untuk menjemur pakaian basah jadi kering, kali ini cuma butuh setengah hari saja. Itupun sudah ditambah dengan keadaan mengeringnya tanah pelataran yang tadinya basah oleh air cucian. Yang lebih hebat got yang semula penuh oleh air busuk, jalan-jalan yang dulu selalu becek oleh lumpur kotor, bahkan dinding gang buntu yang lembab dan berlumut, sekarang menjadi kering. Meski banyak yang mengeluh, sebagian orang nampak bahagia dan tersenyum dengan keadaan seperti ini, lebih enak dipandang dan lebih nyaman katanya.
Kalau dirunut-runut, kejadian ini berawal dari sekitar seminggu yang lalu. Saat itu sekelompok orang pergi ke lapangan sepak bola yang ada di pojok kota ini. Entah siapa yang menggerakkan, atau sering disebut yang memprovokasi, yang jelas sesampainya mereka di sana doa-doa dan permohonan kepada Tuhan langsung berkumandang ke seluruh penjuru lapangan. Permohonan mereka saat itu adalah untuk membersihkan segala macam yang berbau becek, basah, lembab dan berair. Mereka rupanya sudah tidak tahan dengan keadaan selama ini yang dirasa menjijikan. Bagaimana tidak, jika lingkungan yang mereka tinggali saat ini memang benar-benar basah, becek dan bau bahkan di beberapa tempat ada yang kebanjiran sehingga cacing dan kotoran berenang ke sana kemari di antara orang-orang itu. Panas dari matahari yang ada selama ini tidak bisa diandalkan untuk mengeringkannya karena hanya muncul sebentar-sebentar sehingga mempunyai kesan sekedar tampak supaya tidak mengganggu keseimbangan alam.
Pada intinya mereka saat itu sudah tidak tahan dengan keadaan ini dan meminta untuk diberikan panas yang lebih hebat. Dan akhirnya dari awalnya mereka hanya sekelompok orang makin lama makin banyak orang yang berduyun-duyun datang pula ke lapangan itu untuk bergabung dengan tujuan yang sama. Dan beberapa hari kemudian, seperti inilah kondisi yang terjadi. Panas terasa lebih menggigit, becek, banjir, timbunan lumpur basah, gumpalan air got bahkan kemudian penyakit pilek pun sudah jarang ditemui. Doa-doa itu ternyata sudah dikabulkan oleh yang di atas sana. Orang-orang bersyukur gembira, sekarang mereka bisa pergi ke sekolah lewat gang yang tidak becek lagi, pergi ke kantor dengan santai karena tidak takut terjebak banjir, ibu-ibu juga bisa pergi ke pasar dengan memakai sepatu hak tinggi karena tidak takut terpeleset lagi.
Tapi seperti layaknya hukum alam, ada orang yang bersyukur dengan keadaan sekarang, ada pula orang yang menggerutu dengannya. Gerah!, alasannya suatu ketika. Alhasil sebagian orang yang tidak puas dengan keadaan ini pun melakukan serangan balasan, di mana-mana sekarang nampak percikan air. Dinding berlumut yang tadinya sudah kering sekarang nampak disemprot air. Untuk menghalangi panas matahari menguapkan airnya, di atasnya dipasang atap yang terbuat dari beton. Yang punya kekuasaan dan uang lebih semangat lagi, mereka membuat hujan buatan. Bukan sekedar hujan gerimis biasa, tapi direncanakan hujan badai yang ditambah dengan turunnya es-es kecil.
Orang-orang yang dahulu ikut doa di lapangan mulai memberikan reaksi balasan. Walaupun mereka hanya punya kemampuan untuk berdoa, sebenarnya mereka tidak tinggal diam. Kali ini untuk melawannya, sekali lagi mereka meminta ke Tuhan, karena hanya itu yang mereka bisa lakukan, mereka meminta yang lebih ekstrem lagi. Mereka meminta supaya matahari dibiarkan mendekat saja! Setelah beberapa lama, doa mereka sekali lagi dikabulkan, dan akhirnya terjadilah kondisi saat ini. Matahari lebih dekat ke permukaan bumi. Panasnya juga tidak tanggung-tanggung. Kali ini panasnya mampu menembus tembok, sehingga sekarang tidak ada lagi daerah yang lembab. Kamar-kamar yang dulu remang-remang dan dindingnya penuh bercak-bercak karena lembab sekarang jadi terang dan kering. Bumi jadi kering. Orang-orang banyak yang jadi sangat gerah dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk main basah-basahan lagi. Dan mereka, sang pendoa-pendoa itu, sekarang tersenyum lebar. Seharusnya memang dari dulu matahari dibuat lebih panas, kata mereka suatu ketika.